Selasa, 25 Februari 2014
Buah Perepat Buah Pidade
Pidade ( dibaca dengan e untuk menyebut elang), biasa disebut oleh orang Tungkal. Buah hijau bulat yang punya nama latin Sonneratia alba ini ada juga yang menyebut dengan nama perepat atau berembang atau juga dengan pedada.
Tidak melulu ditemukan di daerah pantai, buah ini terkadang juga bisa ditemukan di pemukiman warga. Sebagai daerah pasang surut air laut, pohon ini dapat tumbuh dengan baik di Kuala Tungkal.
Pohon yang selalu hijau, gundul (tak berambut), bertajuk melebar, tinggi 3-15 m, jarang hingga 20 m. Pepagan (kulit batang) berwarna krem hingga cokelat, dengan retak-retak halus mendatar. Akar napas tebal, muncul berupa kerucut-kerucut runcing agak tebal, hingga 25 cm tingginya.
Daun-daun terletak berhadapan, tebal sebagai jangat, helaian bundar telur atau bundar telur terbalik, 5–12,5 × 3–9 cm, dengan pangkal bentuk baji dan ujung membulat lebar, sering melekuk; bertangkai 6–15 mm, dengan kelenjar di pangkalnya.
Bunga berkelamin ganda, soliter atau dalam karangan tiga kuntum di ujung ranting, bertangkai pendek-kukuh lk. 1 cm. Tabung kelopak serupa lonceng, sering berusuk, dengan 6–7 taju kelopak sepanjang 2–2,5 cm, hijau di sisi luar dan merah di dalam, tidak rontok. Helai mahkota sempit, 13–20 × 0,5–1,5 mm, putih, serupa dengan benangsari, sering kemerahan di pangkalnya, lekas rontok atau kadang-kadang bahkan tak ada. Benang-benang sari berjumlah banyak, putih, dan lekas rontok.
Buah buni bentuk bola agak gepeng, 3 × 4 cm, berbiji banyak, dengan pangkal terlindung kelopak yang tidak rontok dan bermahkota bekas tangkai putik; taju kelopak umumnya tertekuk ke belakang, namun adakalanya mendatar menyamping. Buah berbau tak enak jika masak. Jenis yang berubah-ubah.
Awalnya, tidak pernah tahu kegunaan buah dan pohon ini. Seingat saya dulu ketika pernah mencoba, rasanya sangat pahit . Hanya bunga dan daunnya saja yang sering dijadikan mainan memasak ketika masih kecil. Namun kini terdapat pengolahan buah pidade ini menjadi sirup.Tapi tentu saja peminatnya masih sedikit, karena tidak terlalu ada sosialisasi di masyarakat.
Di Kuala Tungkal sendiri tidak terlalu sulit namun juga tidak mudah untuk menemukan pohon ini, dikarenakan masih kurangnya pengetahuan terhadap manfaat pohon ini. Sehingga banyak penebangan dan berganti dengan tempat tinggal warga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar