Kamis, 06 Februari 2014

Rabu mustamir, tradisi kecil di Kuala Tungkal

Setiap daerah punya adat, tradisi dan kebudayaan masing-masing. Ada karapan sapi dari Madura, gerebek syawal dari tanah Jawa atau tradisi med-medan dari Bali. Kuala Tungkal juga punya, namun ini tradisi mengarah pada reliji, rabu mustamir namanya.

Barangkali di kota lain juga ada peringatan ini, namun saya belum pernah melihat dan membaca langsung mengenai ini. Rabu Mustamir merupakan peringatan rabu terakhir yang ada pada bulan Shafar, bulan dari penanggalan arab yang berdasarkan sumber-sumber Allah menurunkan ribuan bala bencana di bulan ini. Mungkin ini salah satu yang menjadi alasan mengapa jarang sekali ada perayaan keluarga seperti pernikahan, khitanan dan lain sebagainya tidak dilangsungkan di bulan shafar ini.

Adapun bentuk peringatan di rabu mustamir ini adalah dengan melakukan pembacaan doa di setiap persimpangan jalan. Mengapa dipilih persimpangan jalan? menurut saya karena jalanan merupakan tempat yang dilewati setiap orang, memulai aktivitas dan mengakhirinya melewati ini. Pembacaan doa dilakukan setelah sholat ashar. Biasanya ditunjuk para pemuka agama setempat untuk memimpin doa.






Tidak ada ritual aneh disini. Hanya saja, para warga sangat antusias di acara ini. Mulai dari anak kecil hingga lanjut usia, mereka berbondong-bondong membawa makanan dan minuman untuk dibacakan doa oleh sang ustadz. Bukan bermaksud untuk syirik atau bagaimana, mereka percaya bahwa makanan dan minuman yang dibacakan doa akan punya berkah tersendiri dibandingkan dengan makanan dan minuman biasa. Yang membuat seru, setelah pembacaan doa selesai, seluruh warga yang hadir akan berebut makanan dan minuman yang telah dibacakan doa, bisa dapat satu saja sudah cukup, merasakan berkahnya masuk ke dalam tubuh.

Tujuan dari peringatan ini ialah tak lain dan tak bukan agar kami semua terhindar dan dijauhi dari bala dan bencana, atas berkat dan rahmat Allah SWT. Dan Alhamdulillah sejauh ini kota kami tidak mengalami bencana alam serius. Untuk kota modern mungkin ini suatu hal yang primitif dan ketinggalan jaman. Namun terbukti, dengan banyaknya rasa syukur kami bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, suatu hal yang mungkin telah banyak dilupakan oleh kota-kota lain yang banyak diuji oleh Tuhan dengan berbagai bala dan bencana, Na'udzubillah.


Tradisi seperti ini diharapkan bisa terus ada dan dilanjutkan oleh berikutnya. Sebagai suatu hal yang menjadi ciri khas kota Kuala Tungkal.Dan menjadi hal yang selalu ditunggu-ditunggu perayaannya. Perayaan kecil yang manfaatnya besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar